26 Mei 2010

Internet Ibarat Pedang Dua Sisi Yang Tajam

Kehadiran tekonologi informatika atau jaringan Intern di Indonesia dewasa ini sudah menyentuh sampai dengan tingkat rumah tangga.  Sebelumnya sarana teknologi ini hanya terdapat pada sebatas Perkantoran atau kalangan bisnis saja.  Kemudahan teknologi internet dewasa ini memang sangat dirsakan manfaatnya oleh seluruh lapisan masyarakat muali dari kota besar hingga pedesaan.  Akses Internet yang tersedia selain dengan menggunakan komputer, teknologi seluler pun sudah dilengkapi dengan teknologi 3G dan lain sebagainya.
Kapan saja dimana saja, orang sudah dapat mengakses data berupa tulisan, gambar maupun suara melalui internet yg sudah tersedia pada sarana komunikasi selular. Ini akan sangat menguntungkan dan sekaligus memudahkan para penggunanya.
Perlu diingat.... bahwa kehadiran teknologi ini tidak semata-mata membawa keuntungan bagi penggunanya, namu Internet sebetulnya adalah ibarat sebilah pisau dengan dua sisi yang sangat tajam. Satu sisi diataranya adalah akan membawa dampak positif bagi penggunanya dan satu sisi lain adalah membawa dampak negatif.  Kenapa dikatakan demikian ?  Dunia maya adalah merupakan dunia tanpa batas dan tapa tedeng aling-aling. Disini dituntut peran serta para Pendidik dan orang tua akan pemahaman lebih dulu terhadap Internet, sehingga dapat mengarahkan anak-anaknya dalam menggunakan Internet sebagai alat yang bernilai guna bagi penggunanya.

27 November 2009

HARI GURU KE-64

Kita Bisa Baca karena "Guru", kita bisa Pintar karena "Guru", ungkapan ini adalah merupakan bagian kecil dari syair lagu yang dilantunkan sebagai ungkapan ucapan terima kasih kepada Guru. Ungkapan lain adalah bahwa Guru sebagai pahlawan tanpa tanda Jasa. Semua ini adalah merupakan ungkapan untuk memberi semangat mendidik bagi setiap orang yang berprofesi sebagai Guru. Tidak cukup hanya itu, bahkan tepatnya 64 tahun yang lalu, hari Guru Nasional di deklarasikan dan sekaligus sebagai momentum untuk dikenang dan di peringati setiap tahun.
Jika kita mundur 20 tahun yang lalu, mungkin ini adalah merupakan tahun-tahun perjuangan hidup bagi setiap mereka yang berprofesi sebagai Guru. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, seorang guru tidak bisa mengandalkan gaji sebagai seorang pengawai negeri yang berprofesi sebagai Guru. Tak sedikit Guru pada masa ini harus mengajar di dua atau tiga bahkan sampai empat sekolah hanya semata-mata untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan dalih mengabdi demi mencerdaskan anak bangsa. Tak sedikit juga Guru yang dijuluki sebagai Guru Diktator alias Jual Diktat di atas Motor, dimana pada masa-masa ini guru juga haru pintar-pintar melihat peluang dengan cara menulis diktat dan dijual kepada siswanya dengan mengambil sedikit untung.
Profesi guru yang hidupnya serba kekurangan inipun semakin banyak diketahui orang melalui seorang penyanyi top di negeri ini (Iwan Fals) dengan lagu Umar Bakri. Bahkan tidak sedikit guru yang mencari uang tambahan dengan bekerja sebagai tukang ojeg diluar jam kerja/mengajarnya. Walau dengan hidup pas-pasan, semangat guru tetap ibarat api yang berkobar walau ditiup angin dan disiram gerimis. Hal ini terbukti bahwa anak bangsa yang diajar, didik dan dibimbing oleh guru ternyata tidak sedikit yang berhasil dan sukses.
Suara-suara melalui lembaga sosial masyarakat dan lembaga lain yang punya keperdulian terhadap profesi segagai Guru ternyata semakin tahun semakin didengar oleh Pemerintah. Lambat laun ternyata penghasilan Gurupun semakin membaik. Akhirnya sejak tahun 2007, pemerintah telah memberi tunjangan profesi dengan jumlah yang cukup besar. Pemerintah daerahpun mulai perlahan-lahan memberi tunjangan kesejahteraan yang lebih baik.
Penghasilan Guru yang sudah jauh semakin baik saat ini tentu harus semakin baik juga pelayanan dan pengabdiannya demi kemajuan pendidikan dan peningkatan kwalitas anak bangsa ini. Semoga ini akan memacu semangat dan dedikasi yang tinggi sebagai wujud pengabdian dengan bekerja secara profesional.
Selamat Hari Guru, semoga tetap digugu lan ditiru.

15 September 2009

FENOMENA MUDIK MEMBAWA PEMERATAAN EKONOMI

Mudik adalah kegiatan perantau/ pekerja migran untuk kembali ke kampung halamannya. Mudik di Indonesia identik dengan tradisi tahunan yang terjadi menjelang hari raya besar keagamaan misalnya menjelang Lebaran. Pada saat itulah ada kesempatan untuk berkumpul dengan sanak saudara yang tersebar di perantauan, selain tentunya juga sowan dengan orang tua. Tradisi mudik hanya ada di Indonesia, dan beberapa negara lainnya.
Setelah satu tahun lamanya mereka bekerja di perantauan, maka tibalah saatnya untuk menghitung dan mengalokasikan uang yang mereka dapatkan untuk dipergunakan mudik. Hampir semua kalangan yang mempunyai penghasilan rendah hingga mereka yang mempunyai penghasilan tinggi, bahwa tradisi mudik adalah merupakan sesuatu yang dirindukan.
Banyak orang melihat sisi mudik dari sisi transportasi, bahkan media-media cetak serta media elektronikpun lebih pada menyoroti bagaimana perjuangan pemudik untuk bisa mendapatkan angkutan umum.
Satu sisi nilai positif mudik yang belum pernah diteliti mugkin adalah sisi ekonomi, dimana kegiatan mudik secara tidak langsung adalah merupakan kegiatan pemerataan ekonomi.
Hal ini dapat dibuktikan bahwa setiap orang yang mudik dengan membawa jutaan rupiah, pasti akan pulang dengan cukup ongkos ke tempat dimana mereka bekerja atau mengadu nasip.
Salah satu contoh kecil misalnya, jika penduduk dari Yogyakarta yang merantau di Jakarta akan melakukan mudik dengan jumlah 1 juta orang misalnya, diamana rata-rata membawa uang senilai Rp. 5.000.000,- maka dapat dipastikan bahwa nilai uang yang akan ditinggalkan di Yogyakarta adalah 1.000.000 x Rp. 4.000.000,- = Rp. 4.000.000.000.000,-. Artinya, bahwa secara tidak langsung bahwa mudik akan mengakibatkan pemerataan ekonomi dari kota besar ke kota kecil.

31 Juli 2009

Sentuhan Internet di Wamena

Wamena merupakan satu-satunya kota terbesar yang terletak dipedalaman tengah Papua. Anda jangan terkejut jika mengetahui arti kata Wamena. Wamena berasal dari bahasa Dani yang terdiri dari dua kata Wa dan Mena, yang berarti Babi Jinak. Yap, foto atau gambar seorang wanita yang lagi menyusui seekor babi merupakan cenderamata khas kota ini. Berbeda dengan kota-kota besar lainnya di Papua, seperti Timika, Jayapura, Sorong, Merauke, dll. Wamena merupakan surga dan mutiara yang belum banyak tersentuh di pedalaman pegunungan tengah Papua. Kota yang terletak di lembah Baliem dan dialiri oleh sungai Baliem serta diapit pegunungan Jayawijaya diselatannya memiliki ketinggian sekitar 1600 meter diatas permukaan laut. Kota Wamena masih memiliki udara yang segar dan jauh dari polusi udara seperti kota-kota besar lainnya di Indonesia.
Akhir tahun lalu, saya mendapat tugas untuk melakukan verifikasi kelayakan kota ini untuk dijadikan sebagai salah satu daerah/kota pengembang ICT Centre. Ini adalah merupakan perjalanan saya yang kedua kalinya menginjakkan kaki di Papua, setelah sebelumnya dengan tugas yang sama di Manokwari. Wamena memang belum mendapat sentuhan Internet secara Optimal waktu itu, namun antusias masyarakat tentang IT cukup tinggi. Saya harus melakukan perjalanan lewat udara dari Bandara Sentani ke Wamena dengan pesawat kecil. Setibanya di Wamena, saya merasa gembira sebab begitu pesawat yang saya tumpangi mendarat, maka sepanjang pagar landasan bandara saya menyaksikan banyak orang dengan menggunakan koteka saja dan wanita tanpa penutup dada.
Hari pertama saya melakukan tugas saya.... tepatnya di SMA Negeri 1 Wamena, saya disambut oleh puluhan siswa SMA yang saat itu secara kebetulan sedang main bola di lapangan sekolah. Merak bertanya kepada saya apa maksud dan tujuan saya hadir di antara mereka. Lalu Kepala Dinas Pendidikan kota itu menjelaskan kehadiran saya disana adalah untuk kemajuan sekolah itu sendiri dan kemajuan Wamena pada umumnya. Akhirnya sayapun menceritaka bahwa saya akan melakukan pengamatan kelayakan sebagai Pengembang ICT Centre. Inilah perta kalinya mereka mulai melek dengan Internet. Saya mengajak mereka ke LAB Komputer dan minta saluran / Line 'Telpon' disampungkan ke lab itu. Saya memperagakan bagaimana menkoneksikan komputer ke Internet dengan menggunakan modem/dial-up. Beberapa saat kemudian... mereka seya perlihatkan inilah internet.... dan... sungguh luar biasa, mereka baru tahu bahwa itulah internet yang bisa mengantarkan mereka ke mana saja. Antusias ini berlanjut hingga malam hari kami bersama-sama di labaratorium komputer sampe mereke ketagihan....